Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia

Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia

14 Maret 2023 - Penolakan Israel Menjamur, Drawing Dibatalkan

Foto: Gubernur Bali, Wayan Koster di T20 Indonesia Summit 2022 di Nusa Dua, Bali. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Polemik semakin memanas setelah Gubernur Bali, I Wayan Koster menuliskan surat ke Menpora pada 14 Maret 2023.

Dalam surat yang ditujukan ke Zainudin Amali, Koster menolak Timnas Israel bermain di Bali setelah sebelumnya membuat twit di media sosial soal penolakan Israel.

Setelah Koster, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pun juga ikut menolak Israel bermain di wilayahnya, yakni Solo secara terang-terangan. Serupa dengan Koster, Ganjar menggunakan ideologi Bung Karno jadi landasan penolakan.

Tidak berhenti sampai di Koster dan Ganjar, DPRD Jawa Barat, kelompok sepak bola Palembang, hingga organisasi masyarakat (ormas) pun ikut beramai-ramai menolak Israel. Bahkan, ada ormas yang sampai melayangkan ancaman.

Lalu, organisasi keagamaan, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), petinggi Nahdlatul Ulama (NU), hingga Menteri Agama pun ikut angkat suara. MUI menyatakan penolakan, tetapi NU tidak mempermasalahkan.

Tak lama kemudian, Presiden Joko Widodo mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Palestina, Zuhair Al Shun pada 24 Maret 2023. Pertemuan tersebut memang tidak ada pembicaraan terkait Piala Dunia U-20 2023, tetapi ini semiotika politik.

Kemudian, muncul rilis ke media massa bahwa Dubes Palestina untuk Indonesia tak mempermasalahkan kehadiran Israel U-20 di Indonesia. Palestina menyebutkan bahwa negaranya tidak mau masuk ke dalam pusaran polemik.

29 Maret 2023 - Negosiasi Erick Thohir Gagal, Sepak Bola Indonesia Menangis

Foto: Erick Thohir meninjau Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang. (Twitter @erickthohir)

Menanggapi dibatalkannya drawing Piala Dunia U-20 2023, Presiden Joko Widodo mengutus Ketua Umum PSSI, Erick Thohir untuk bertemu FIFA di Doha, Qatar.

Namun, 52 hari jelang Piala Dunia U-20 2023, negosiasi tersebut tidak berhasil. FIFA membatalkan status tuan rumah Indonesia setelah Erick Thohir bertemu Gianni Infantino melalui pernyataan di laman resminya. Berikut isi pernyataan tersebut.

Menyusul pertemuan hari ini antara Presiden FIFA Gianni Infantino dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir, FIFA memutuskan, karena kondisi terkini, untuk mengeluarkan Indonesia dari tuan rumah Piala Dunia 2023 FIFA U-20. Tuan rumah baru akan segera diumumkan secepatnya, dengan tanggal pertandingan yang tertia tetap tak berubah. Sanksi potensial terhadap PSSI akan diputuskan ke depan

FIFA menggarisbawahi tetap akan berkomitmen aktif membantu PSSI dan bekerja sama erat dengan pemerintahan Presiden Jokowi dalam proses transformasi persepakbolaan Indonesia, khususnya pasca tragedi pada Oktober 2022. Anggota dari FIFA akan hadir di Indonesia dalam beberapa bulan mendatang dan akan menyediakan asistensi ke PSSI, di bawah kepemimpinan Thohir

Pertemuan baru antara Presiden FIFA dan Ketum PSSI untuk pembahasan lebih lanjut akan dijadwalkan dalam waktu dekat.

"Saya sudah berjuang maksimal," tegas Erick Thohir seperti dikutip dari siaran pers.

"Setelah menyampaikan surat dari Presiden Jokowi, dan berbicara panjang dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, kita harus menerima keputusan FIFA yang membatalkan penyelenggaraan event yang kita sama-sama nantikan itu," ujar Erick.

Saksikan video di bawah ini:

Apa sanksi yang mungkin dijatuhkan FIFA?

Pengamat sepakbola, Kusnaeni, sudah menyangka pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 ketika Ketua Umum PSSI, Erick Thohir terbang ke Doha pada Rabu siang.

Pasalnya Indonesia tidak bisa memenuhi standar protokol yang ditetapkan federasi untuk tetap mengibarkan bendera dan mengumandangkan lagu kebangsaan Israel saat turnamen dimulai.

Persoalan lain, kata dia, FIFA masih mencatat sejumlah kekurangan dari sisi infrastruktur, stadion, dan lapangan latihan.

Dua hal tersebut, menurutnya, sangat krusial sehingga pernyataan Presiden Joko Widodo yang menjamin keikutsertaan timnas Israel, tak bisa menggoyahkan sikap federasi.

"FIFA mensyaratkan jaminan keamanan ketika bertanding, dikibarkan bendera Israel, diperdengarkan lagu kebangsaan Israel, itu yang agak sulit."

Dengan sederet permasalahan yang ada, Kusnaeni menyebut Indonesia dijatuhi sanksi "sangat mungkin terjadi".

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Hukuman yang ada di depan mata adalah pembatasan timnas U-20 dalam berpartisipasi di ajang internasional. Konkretnya, ada kemungkinan timnas U-20 tidak bisa ikut kualifikasi kejuaraan dunia berikutnya.

Sanksi terberat Indonesia tidak bisa mengikuti atau berpartisipasi di turnamen internasional seperti Olimpiade, kualifikasi Piala Dunia, Piala Asia.

"Atau secara politis Indonesia akan dicoret dari keikutsertaan dalam bidding event-event lain.

"Tapi itu tergantung eksaminasi atau penilaian FIFA."

2019 - Indonesia Terpilih Jadi Tuan Rumah

Foto: Presiden badan sepak bola dunia FIFA, Gianni Infantino (kanan) memberikan cinderamata kepada Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri) usai memberikan keterangan pers hasil pertemuan mereka di Istana Merdeka di Jakarta, Indonesia, Selasa (18/10/2022). (Photo by ADEK BERRY/AFP via Getty Images)

Indonesia telah dipercaya oleh FIFA sebagai host alias tuan rumah Piala Dunia U-20 sejak 2019 lalu.

Dilansir dari laman resmi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 diumumkan secara langsung oleh Presiden FIFA, Gianni Infantino dalam FIFA Council Meeting di Shanghai, China pada 24 November 2019.

Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah adalah hasil persaingan dengan Brasil dan Peru. Dalam proses pemilihan, Pemerintah menyatakan komitmennya bahwa Indonesia siap menyukseskan Piala Dunia U-20.

Saat itu, ada sepuluh stadion yang disiapkan. Berdasarkan pertimbangan FIFA, terpilihlah enam stadion yang dianggap memenuhi kualifikasi untuk menggelar Piala Dunia U-20, yakni.

Stadion Jakabaring (Palembang, Sumatra Selatan)

Stadion Utama Gelora Bung Karno (DKI Jakarta)

Stadion Si Jalak Harupat (Bandung, Jawa Barat)

Stadion Manahan (Solo, Jawa Tengah)

Stadion Gelora Bung Tomo (Surabaya, Jawa Timur)

Stadion Kapten I Wayan Dipta (Gianyar, Bali)

Apa konsekuensi jika batal jadi tuan rumah?

Akmal mengatakan Indonesia terancam menerima sanksi dari FIFA, jika nantinya Indonesia batal jadi tuan rumah.

"Salah satunya dibekukan. Kalau dibekukan, kita tidak bisa ikut event-event yang digelar FIFA sampai pembekuannya dicabut," katanya.

"Itu hukuman paling ringan. Selain pembekuan apa? Bisa juga dicoret dari keanggotaan FIFA."

Akmal mengatakan bila sampai dibekukan, Indonesia harus mendaftarkan diri ulang sebagai anggota baru FIFA.

Jangka waktu penerimaannya bisa sehari atau pun sampai bertahun-tahun "sampai FIFA meyakini Indonesia bisa dipercaya."

Namun di luar sanksi dari FIFA, ada konsekuensi lain yang juga tidak kalah berat.

"Supporter Indonesia gigit jari, bangsa Indonesia dikucilkan dari sepak bola dunia, [dan] bahkan dari pergaulan internasional karena tidak bisa komitmen dengan apa yang sudah disepakati bersama," kata Akmal.

Negara mana yang sudah menawarkan diri?

Kabar dibatalkannya 'drawing' juga langsung ditanggapi oleh berbagai negara.

Argentina, misalnya,sudah menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah pelaksanaan Piala Dunia U-20 2023 jika Indonesia batal menjadi tuan rumah.

Berdasarkan unggahan dari reporter olahraga Gastn Edul di Twitter, Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA) menyatakan siap menjadi tuan rumah.

"Piala Dunia U20 seharusnya diadakan di Indonesia pada bulan Mei. Karena alasan non-sepak bola (politik), pengundian ditunda," demikian terjemahan tweet tersebut.

Selain Argentina, ada pula negara lain seperti Brasil yang ikut memperebutkan gelar tuan rumah pada Piala Dunia U-20.

Bahrain, Uni Emirat Arab, hingga Qatar juga disebut-sebut oleh sejumlah media sebagai kandidat kuat menggantikan Indonesia menggelar pertandingan sepak bola kelas dunia.

Artikel ini telah tayang di detikNews. Baca selengkapnya di sini.

Siapa saja yang menolak?

Selain Koster, kehadiran tim Israel dalam pertandingan yang tadinya akan digelar di Indonesia ini telah menuai penolakan dari beberapa pihak.

Salah satunya dari ratusan warga di Jakarta yang pada 21 Maret lalu, melakukan unjuk rasa untuk menolak kehadiran tim Israel dalam Piala Dunia U-20.

Unjuk rasa tersebut diikuti beberapa kelompok, seperti Persatuan Alumni 212, Muhammadiyah, Komite Penyelamatan Darurat Medis atau Mer-C dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Penolakan juga dilakukan oleh Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid yang mengatakan"Israel merupakan negara penjajah Palestina dan sikap Indonesia menolak segala bentuk penjajahan jelas termuat dalam Pembukaan UUD NKRI 1945 oleh MPR."

Plt Ketua PDIP Jawa Timur, Said Abdullah juga menolak keikutsertaan Israel di ajang U20 dengan mencontoh tindakan Presiden Soekarno yang tidak memberikan visa kedatangan delegasi Israel hingga harus membayar denda, saat Indonesia jadi tuan rumah Asian Games 1962.

Tapi pakar olahraga dan koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali tidak setuju agresi Israel dijadikan alasan.

"Sekarang ada enggak negara-negara yang menolak [Israel]? Bahkan Duta Besar Palestina saja memaklumi kehadiran Israel di Piala Dunia," katanya.

"Karena memang Israel yang datang ini bukan tentara, bukan pemerintah, melainkan utusan atletnya yang tidak punya kepentingan dengan politik."

Lantas apakah ada solusinya?

Akmal meminta para pemimpin di pemerintahan untuk menyamakan suara tentang keputusan di bidang olahraga ini.

"[Presiden] Jokowi bisa mengumpulkan politisi dan partai-partai politik dan dewan semuanya dan bilang 'ini kepentingan negara loh'," katanya.

"Bisa disampaikan sama Presiden bahwa kita harus terima Israel dengan mengeluarkan Perppu untuk misalnya mengganti sementara Permenlu nomor 3 Tahun 2019 tentang hubungan diplomasi dengan Israel."

Menurutnya, dalam lingkup Piala Dunia, Indonesia harus mengedepankan "perdamaian abadi dan keadilan sosial" untuk Israel.

"Israel, walaupun kita benci berhak mendapatkan keadilan," katanya.

"Kenapa? Mereka lolos piala dunia lewat kualifikasi. Mereka memang berhasil mendapatkan tiket itu, Masa kita enggak mau kasih? Kan enggak adil namanya."

Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pemuda dan Olahraga Muhadjir Effendy, Ketua Umum PSSI Erick Thohir akan segera terbang ke Zurich "untuk konsultasi lebih lanjut dengan FIFA."

"Kemarin baru salah satu wakil ketua dari PSSI yang ketemu, mudah-mudahan ada titik temu, paling tidak FIFA memahami posisi Indonesia," kata Muhadjir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (27/03).

26 Maret 2023 - Drawing Dibatalkan

Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Tampilan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pasca renovasi yang telah menggunakan rumput kelas 1 standar FIFA.

Buntut dari polemik Israel U-20 ini adalah pada Minggu (26/3/2023), yakni ketika PSSI merilis pembatalan drawing Piala Dunia U-20 2023 yang akan digelar di Bali, Jumat (31/3). Anggota komite eksekutif (Exco PSSI), Arya Sinulingga menyebutkan bahwa pembatalan dilakukan FIFA.

Menurut kabar yang beredar, FIFA menunda undian tersebut karena tidak senang atas dinamika yang terjadi di tuan rumah.

"Memang kami belum mendapat surat resmi dari FIFA, tetapi pesannya jelas karena adanya penolakan dari Gubernur Bali yang menolak Tim Israel sehingga dengan sendirinya drawing tidak bisa dilaksanakan tanpa seluruh peserta," lanjutnya

Arya juga menegaskan, keputusan FIFA membatalkan drawing di Bali menjadi bukti dari ketidakmampuan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Sebab, FIFA menganggap ini sebagai pembatalan garansi penyelenggaraan alias Government Guarantee yang telah diteken oleh Indonesia.

Sebagai informasi, bila Government Guarantee telah ditandatangani, suatu negara telah memberikan garansi atas kesiapannya sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Apa dampaknya bagi para pemain?

Kusnaeni menjelaskan Piala Dunia U-20 merupakan mimpi panjang yang kerap dinantikan oleh para pemain muda. Karena terakhir kali Indonesia ikut Piala Dunia U-20 pada tahun 1977 atau 46 tahun silam.

Untuk pertandingan ini, timnas sudah mempersiapkan diri sejak dua tahun lalu, ditangani oleh pelatih dengan bayaran super mahal, hingga mendatangkan pemain luar.

Keinginan mereka, kata Kusnaeni, hanya ingin membela Indonesia di ajang tertinggi.

"Jadi meskipun main melalui jalur gratis, pembatalan ini menjadi akhir mimpi panjang yang sekarang entah berapa lama lagi harus mereka impikan," ujarnya.

"Ketika tinggal selangkah lagi menuju ke event yang sama, tiba-tiba mimpinya diruntuhkan dan kita berpotensi dihukum."

Itu mengapa, ia menilai suara kekecewaan dari para pemain dan masyarakat bisa dimaklumi. Sebab peluang untuk menang sangat "realistis".

Artikel ini memuat konten yang disediakan Twitter. Kami meminta izin Anda sebelum ada yang dimunculkan mengingat situs itu mungkin menggunakan cookies dan teknologi lain. Anda dapat membaca Twitter kebijakan cookie dan kebijakan privasi sebelum menerima. Untuk melihat konten ini, pilihlah 'terima dan lanjutkan'.

Tapi lebih dari itu, lewat Piala Dunia U-20 ini sebetulnya bisa menjadi "trigger" untuk mendorong percepatan dalam hal kelayakan infrastruktur stadion, tata kelola pelaksanaan pertandingan.

"Namun momentum itu hilang dengan batalnya Piala Dunia."

Adapun mengenai suara-suara di media sosial yang mensyukuri dibatalkannya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 usai terjadinya tragedi Kanjuruhan, dinilai tidak relevan.

Sebab penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah terjadi pada Oktober 2019.

"Saya bisa memahami karena publik melihat langkah-langkah yang dilakukan menyikapi Kanjuruhan tidak maksimal."

"Akan tetapi Piala Dunia ini tidak terkait langsung dengan Kanjuruhan," jelas Kusnaeni.

Artikel ini memuat konten yang disediakan Twitter. Kami meminta izin Anda sebelum ada yang dimunculkan mengingat situs itu mungkin menggunakan cookies dan teknologi lain. Anda dapat membaca Twitter kebijakan cookie dan kebijakan privasi sebelum menerima. Untuk melihat konten ini, pilihlah 'terima dan lanjutkan'.